Tuesday 24 April 2012

simulasi UTS CFD - con'd


PERBEDAAN TEKANAN FLUIDA PADA KEDUA DAERAH INLET
UTS – CFD



Seperti pada posting sebelum nya mengenai analisis persamaan konservasi momentum dari aliran fluida, kali ini saya mencoba untuk mensimulasikan hukum konservasi tersebut pada aliran fluida di antara 2 plat parallel.

skema soal

Kasus yang coba diangkat disini adalah seperti yang terdapat pada soal UTS-CFD nomor 2e, dimana terdapat perbedaan tekanan fluida di antara 2 ujung-ujun inlet. Berikut adalah kondisi yang diberikan pada soal :
Kondisi 1 :
diberikan perbedaan tekanan pada kedua inlet sebesar p1 = 2 bar (200000 bar); p2 = 1 bar (100000 Pa)
Kondisi 2 :
pada inlet 1, diberikan kecepatan aliran dalam arah-U sebesar u1 = 0.4 m/s, sedangkan pada inlet 2 diberikan tekanan sebesar p2 = 3 bar

Proses simulasi dilakukan dengan menggunakan CFDSOF. Langkah-langkah penyelesaian adalah sebagai berikut :




1.      domain
membuat domain dua dimensi dengan panjang L = 1m, tinggi H = 0,1 m. Pada arah-I jumlah cell yang diberikan sebanyak 50 cell, sedangkan pada arah-J jumlah cell sebanyak 30 cell.




2.      atur cell
cell diatur sedemikian sehingga domain memiliki dua buah inlet pada kedua ujung nya, seperti gambar berikut.




3.      kondisi sempadan 1
untuk kasus dengan kondisi 1, sempadan yang di berikan adalah perbedaan tekanan pada kedua ujung inlet, dimana pada inlet-1 diberikan tekanan sebesar 2 bar (200000 Pa), sedangkan pada inlet-2 diberikan tekanan sebesar 1 bar (100000 Pa).

sempadan inlet-1


sempadan inlet-2



4.      konstanta fisikal
fluida yang mengalir di antara kedua plat datar pada persoalan ini memiliki properti konstanta fisikal dengan densitas ρ = 1 kg/m3, viskositas μ = 1 kg/m.s

penentuan densitas


penentuan viskositas



5.      bangun grid
pengaturan cell ditentukan berdasarkan pertimbangan grid dependeny, sehingga kerapatan grid dalam domain tersebut dibuat berbeda pada beberapa segmen. Pada bagian dekat dengan lapisan batas dan pada kedua ujung inlet-1 dan inlet-2 dibuat grid dengan kerapatan yang lebih besar agar tingkat ketelitian pada daerah tersebut cukup baik, selain itu daerah-daerah tersebut juga merupakan daerah pengamatan yang cukup penting untuk dianalisis.

Proses pembuatan grid optimum dapat dilihat pada posting : optimum grid generation

bentuk grid awal


bangun grid dalam arah-x


modifikasi segmen arah-x


bangun grid arah-y


modifikasi segmen arah-y


bentuk grid akhir



6.      iterasi
melakukan perhitungan untuk kondisi yang telah diberikan (kondisi 1)


residu proses iterasi – kondisi 1



7.      hasil untuk kondisi 1
berikut adalah hasil simulasi yang didapat pada kondisi 1.

kontur kecepatan (m/s)


profile kecepatan


vektor kecepatan (m/s) dengan skala perbesaran 3


kecepatan pada posisi I = 2, 5, 45, dan 48


kontur tekanan statik (Pa)


tabel tekanan statik (Pa) pada tiap cell


kontur tekanan absolute (Pa)


tekanan statik pada posisi I = 2, 5, 25, 45, dan 48



8.      kondisi sempadan 2
setelah hasil dari simulasi untuk kondisi 1 didapat, selanjutnya kita akan kembali mensimulasikan kasus ini dengan kondisi 2 seperti yang ditentukan sebelum nya, dimana pada inlet-1 diberikan kecepatan sebesar 0,4 m/s, sedangkan pada inlet-2 diberikan tekanan sebesar 3 bar (300000 Pa).

sempadan inlet-1


sempadan inlet-2



9.      iterasi
perhitungan kembali dilakukan dengan nilai sempadan yang telah berubah dari kondisi 1 menjadi kondisi 2. Proses iterasi dilakukan dengan cara seperti pada poin no. 6

residu proses iterasi – kondisi 2



10.  hasil untuk kondisi 2
berikut adalah hasil simulasi yang didapat pada kondisi 1.

kontur kecepatan (m/s)



profile kecepatan



vektor kecepatan (m/s) dengan skala perbesaran 3


kecepatan pada posisi I = 2, 5, 25, 45, dan 48


kontur tekanan statik (Pa)


kontur tekanan absolute (Pa)


tekanan statik pada posisi I = 2, 5, 25, 45, dan 48











0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls